Lahar dingin disebut juga lahar hujan, yaitu
material vulkanis yang telah terguyur air hujan, baik bersuhu tinggi maupun
bersuhu normal (Faizah, 2015).
Ketika terjadi erupsi, banyak material vulkanis
yang tidak ikut tergelincir dan turun ke bawah, tetapi menumpuk di daerah dekat
puncak gunung Merapi. Apabila terjadi hujan lebat di daerah puncak, maka bisa
menimbulkan ancaman sekunder bagi daerah di sekitar lereng gunung merapi
terutama daerah bantaran sungai, yaitu ancaman banjir lahar dingin.
Diperkirakan saat ini di puncak Merapi masih
terdapat tumpukan material sekitar 150 juta meter kubik, yang merupakan
hasil dari erupsi tahun 2010. Pusat Vulkanologi Badan Meteorologi dan Geofisika
(PVBMG) memperkirakan, material sebanyak itu tak akan habis terbawa arus dalam
3-4 kali musim hujan. (http://blog-apa-aja.blogspot.com)
Ketika meluncur dari puncak Merapi, material ini
berupa material piroklastik yang menyebabkan terbentuknya awanpanas. Isinya
terdiri atas batuan berukuran bongkah, kerakal, kerikil, pasir hingga debu
panas. Setelah di daerah produksi ini terkena hujan maka di daerah transportasi
di lerengnya akan memiliki energi sangat tinggi yang mampu merusak apa saja
yang dilewatinya. Seterusnya ketika sampai dibawah maka akan terjadi proses
sedimentasi dari pasir-pasir ini sebagai endapan material vulkanik yang sering
kita lihat di tebing-tebing sungai ditengah perkotaan Jogja. (http://rovicky.wordpress.com)