1.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Proses
belajar mengajar di sekolah merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Berbagai
tulisan yang dikemukakan para pakar pendidikan tentang peran-peran (multiperan)
yang diemban oleh guru di lingkungan sekolah yang utama adalah sebagai
pendidik, pengajar dan pelatih peserta didik. Akan tetapi, sesuai adanya
perkembangan baru sekitar proses belajar mengajar membawa konsekuensi kepada
guru untuk meningkatkan perannya, karena proses belajar mengajar sebagian besar
ditentukan oleh peran guru di sekolah.
Tugas
seorang guru memang tidak hanya menyampaikan materi pelajaran. Tugas guru juga
untuk membangkitkan motivasi para siswa agar mereka dapat belajar dengan lebih
tekun untuk mencapai cita-cita yang mereka inginkan. Dibanding dengan
menjadi guru yang positif, menjadi sosok guru yang penuh motivasi dan
bisa memotivasi siswa adalah hal yang lebih rumit untuk dilakukan. Karena
seorang guru yang penuh motivasi harus mampu menumbuhkan dan merangsang semua
potensi semua siswa-siswinya serta mengarahkan mereka agar dapat memanfaatkan
potensi itu secara tepat.
1.2.
Tujuan
Tulisan
bertujuan untuk memaparkan arti motivasi dan pentingnya peran guru sebagai
motivator.
2.
PEMBAHASAN
2.1.
Motivasi
dan Belajar
Motivasi
yaitu keadaan internal yang menaikkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku
dengan kata lain motivasi merupakan salah satu penyebab yang sangat penting
akan munculnya perilaku seseorang (Woolfolk 1993). Menurut
Gagne dalam buku The Condition of Learning (1977) “Belajar terjadi apabila
sesuatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa
sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu
sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.
Sedangkan Morgan memberikan definisi belajar adalah “Setiap perubahan yang
relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari
latihan atau pengalaman”. Motivasi dan belajar apabila menjadi satu kesatuan
maka akan bermanfaat bagi orang yang menggunakannya. Belajar merupakan suatu
proses perbaikan kualitas diri sedangkan motivasi merupakan faktor pendorong
untuk perbaikan kualitas diri. Tidak semua tugas memberikan motivasi
belajar dapat dilaksanakan oleh orangtua dalam keluarga terutama dalam hal ilmu
pengetahuan dan berbagai macam ketrampilan. Oleh karena itu di sekolah, guru
akan memberikan pengajaran dan pendidikan kepada anak serta motivasi-motivasi
agar anak atau siswa semangat dalam belajar. Guru dapat memberikannya dengan
cara yang berbeda-beda.
2.2.
Fungsi
Penting Motivasi
Motivasi belajar
penting baik untuk siswa maupun untuk guru.
2.2.1.
Motivasi
untuk siswa
Motivasi
bagi siswa yaitu berguna untuk menyadarkan kedudukannya pada awal, proses dan
hasil belajar; menginformasikan kekuatan usaha belajar; mengarahkan kegiatan
belajar; membesarkan semangat belajar; dan menyadarkan proses belajar kemudian
bekerja.
2.2.2.
Motivasi
untuk guru
Motivasi
bagi guru yaitu membangkitkan, meningkatkan, memelihara semangat belajar siswa
sampai berhasil; mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas
bermacam-macam yaitu ada yang acuh, tak memusatkan perhatian, dan ada yang
bersemangat belajar; meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu
diantara beberapa peran yaitu sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman
diskusi, penyemangat, pemberi hadiah atau pendidik; “unjuk kerja” rekayasa
pedagogis maksudnya adalah semua siswa berhasil, “mengubah” siswa tak minat
menjadi bersemangat belajar, siswa cerdas tak berminat menjadi semangat belajar.
2.3.
Peranan Guru sebagai Motivator
Adapun
peranan guru sebagai motivator adalah:
1.
Bersikap terbuka, dalam arti guru
harus melakukan tindakan yang mampu mendorong kemauan siswa untuk mengungkapkan
pendapatnya, menerima siswa dengan segala kekurangan dan kelebihannya, mau
menanggapi pendapat siswa secara positif, dalam batas tertentu berusaha
memahami kemungkinan terdapatnya masalah pribadi dari siswa, menunjukkan
perhatian terhadap permasalahan yang dihadapi siswa, dan menunjukkan sikap
ramah serta penuh pengertian terhadap siswa.
2.
Membantu siswa agar mampu memahami
dan memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya secara optimal, dalam arti guru
harus mampu memberikan gambaran tentang kemampuan dan kelemahan para siswanya,
mendorong siswa untuk sekali waktu mengungkapkan perasaannya, membantu siswa
agar memiliki rasa percaya diri dan memiliki keberanian dalam membuat
keputusan.
3.
Menciptakan hubungan yang serasi dan
penuh kegairahan dalam interaksi belajar mengajar di kelas, dalam menunjukkan
kegiatan antara lain, menangani perilaku siswa yang tidak diinginkan secar
positif, menunjukkan kegairahan dalam mengajar, murah senyum, mampu
mengendalikan emosi, dan mampu bersifat proporsional sehingga berbagai masalah
pribadi dari guru itu sendiri dapat didudukan pada tempatnya.
2.4.
Fungsi dan Bentuk Motivasi dalam
Kegiatan Pembelajaran
Penggerak motivasi belajar untuk siswa dapat dilakukan
melalui berbagai cara, diantaranya sebagai berikut:
1.
Metode Penemuan (Bruner)
Metode ini dimaksudkan agar siswa memberri stimulus
terhadap dirinya sendiri, sehingga siswa itu sendiri yang melakukan fungsi
penggerak motivasinya.
2.
Motivasi Kompetensi (Robert White)
Motivasi kompetensi menggerakkan tindakan-tindakan
seperti: menyelidiki, memperhatikan ,berbicara, penalaran,dan manipulasi.
3.
Belajar Terprogam (Bert Kersh)
Kelompok belajar secara terbimbing berisikan
serangkaian pertanyaan dan jawaban, yang disusun secara terhadap sampai pada
penyelesaian masalah. Cara belajar seperti ini menurut siswa untuk membuat
inferensi dan mengingat aturan-aturan tanpa bantuan atau penjelasan dari guru.
4.
Prosedur Brainstorming (Torrance)
Prosedur ini dimaksudkan agar siswa mampu memproduksi
ide-ide yang berbobot tinggi, melalui diskusi dan kritik. Istilah lain dari
prosedur ini adalah prosedur urun pendapat. Beberapa keuntungan dari
prosedur urun pendapat ini adalah bisa menghasilkan ide-ide lebih banyak
dibandingkan dengan cara lain, seperti pengarahan janji, atau pun hadiah.
Motivasi dapat berfungsi sebagai
pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena
adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil
yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama
didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan
prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan
pencapaian prestasi belajarnya.
2.5.
Strategi
Menumbuhkan Motivasi
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh
guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa yaitu sebagai berikut:
1.
Menjelaskan tujuan belajar ke
peserta didik. Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu
seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan
dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi
dalam belajar.
2.
Hadiah. Guru memberikan hadiah
untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa
belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan
termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3.
Saingan/kompetisi. Guru berusaha
mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya
dan berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4.
Pujian. Sudah sepantasnya siswa
yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Pujian itu
bersifat membangun.
5.
Hukuman. Hukuman diberikan kepada
siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini
diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha
memacu motivasi belajarnya.
6.
Membangkitkan dorongan kepada anak
didik untuk belajar. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke
peserta didik.
7.
Membentuk kebiasaan belajar yang
baik dan membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun
kelompok
8.
Ego-involvement. Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas
dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan
harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting.
9.
Mengetahui hasil. Siswa
diberitahuakan hasil pekerjaan, terutama jika terjadi kemajuan. Hal ini akan
mendorong siswa untuk belajar lebih giat. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil
belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar,
dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.
10. Minat. Motivasi sangat erat hubungannya dengan unsure minat. Motivasi
muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat
merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar
kalau disertai dengan minat. Mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan
dengan cara-cara sebagai berikut:
a.
Membangkitkan adanya suatu
kebutuhan
b.
Menghubungkan dengan persoalan
pengalaman yang lampau
c.
Memberi kesempatan untuk
mendapatkan hasil yang baik
d.
Menggunakan berbagai macam bentuk
mengajar
2.6.
Menjadi Guru yang Penuh Makna
2.6.1. Memahami kepribadian dan
karakter anak
Fase 0 sampai 3 tahun. Pada fase ini moralitas
anak mulai dibentuk. Anak sudah dapat diperkenalkan pada sopan santun serta
perbuatan baik-buruk. Pada fase ini, anak mencoba-coba melanggar aturan, sulit
diatur, nakal, dan lain-lain. Jadi, sikap seorang guru dalam fase ini adalah
kesabaran
Fase usia 4 tahun. Indikasi perilaku pada fase
ini adalah senang melanggar aturan, memamerkan diri, dan memaksakan
kinginannya. Fase ini disebu sebagai fase egosentris. Pada fase ini, sebetulnya
anak sangat mudah di dorong untuk berbuat baik dan sudah memiliki kemampuan
berempati.
Fase 4,5 sampai 6 tahun. Pada fase ini, anak
mulai menunjukkan sifat penurutnya dan mulai bisa diajak kerjasama. Dalam
bersosialisasi dengan teman-temannya, ia juga bisa menerima pendapat atau
pandangan teman-temannya. Jadi, pada usia ini, anak terlihat lebih matang. Pada
fase usia ini, seorang guru mulai memotivasi anak untuk bersikap baik dan
melakukan hal-hal yang positif pula.
2.6.2. Belajar dari anak usia dini
Anak kecil selalu menarik perhatian orang
dewasa melalui elucuan, keriangan, keluguan, bahkan kenakalan sekalipun mereka
bukan keluarga kita tetap peduli. Orang dewasa yang normal pasti peduli, suka,
dan sayang pada anak kecil meskipun mereka kerap menjengkelkan. Salah satu
contohnya ketika merengek minta sesuatu hingga menangis bahkan mengamuk. Lupa
waktu dan selalu ingin bermain. Meski demikian, sebagai guru harus mampu
melihat perilaku anak kecil dengan pikiran positif, sabar, dan mengambil makna
dari perilaku anak kecil tersebut. Anak kecil memiliki kepolosan, kesucian, dan
kejujuran sehingga jika kita ingin disukai dan menarik perhatian serta
kepedulian hendaklah kita polos, bersih, dan jujur terutama menghadapi anak
usia dini
2.6.3. Harapan dan motivasi
Harapan lahir dari kepekaan seseorang akan
kemungkinan-kemungkinan bahwa perubahan ke arah lebih baik pasti akan terjadi.
Guru tidak sekedar menunggu namun turut serta dalam mempercepat harapan
diiringi dengan motivasi untuk selalu berbuat lebih baik sebagai manifestasi
kebaikan melalui perencanaan yang baik.
3. KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Guru
memiliki peran untuk memberikan pengajaran dan pendidikan kepada anak serta
motivasi-motivasi agar anak atau siswa semangat dalam belajar. Guru dapat
memberikannya dengan cara yang berbeda-beda. Fungsi motivasi tidak hanya untuk
siswa tetapi juga untuk guru. Sehingga motivasi ini membentuk siswa yang tidak
bisa menjadi bisa dengan motivasi dari guru sendiri sebagai tantangan.
Inti
peranan guru sebagai motivator yaitu bersikap terbuka, membantu siswa agar
mampu memahami dan memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya secara optimal,
dan menciptakan hubungan yang serasi dan penuh kegairahan dalam interaksi
belajar mengajar di kelas. Sehingga selain mengetahui fungsi dan bentuk
motivasi, guru juga dapat menyusun strategi menumbuhkan motivasi siswa.
Harapan
lahir dari kepekaan seseorang akan kemungkinan-kemungkinan bahwa perubahan ke
arah lebih baik pasti akan terjadi. Guru tidak sekedar menunggu namun turut
serta dalam mempercepat harapan diiringi dengan motivasi untuk selalu berbuat
lebih baik sebagai manifestasi kebaikan melalui perencanaan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Romadona, N. 2003. Peran Guru sebagai Motivator. FKIP UNISMA. Malang.
Senjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sudrajat, A. 2008. Peran Guru sebagai motivator. Diunduh tanggal
9 Mei 2012 pada http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/08/22/peran-guru-sebagai-motivator-dalam-ktsp/.
Trinoviana, U. 2010. Guru sebagai Motivator. Diunduh
tanggal 9 Mei 2012 pada http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/19/guru-sebagai-motivator/.
Tuanguru. 2011. Multiperan
Guru sebagai Pendidik. Diunduh tanggal 9 Mei 2012 http://www.tuanguru.net/2011/11/multiperan-guru-sebagai-pendidik.html/.thanks to:
1. Ludvi
Kamalikasari
2. Fitri
Auliah S
3. Putri
Karunia K
4. Uswathun
Hasanah