Jumat, 25 Mei 2012

Peran Guru sebagai Motivator


1.     PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Proses belajar mengajar di sekolah merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Berbagai tulisan yang dikemukakan para pakar pendidikan tentang peran-peran (multiperan) yang diemban oleh guru di lingkungan sekolah yang utama adalah sebagai pendidik, pengajar dan pelatih peserta didik. Akan tetapi, sesuai adanya perkembangan baru sekitar proses belajar mengajar membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan perannya, karena proses belajar mengajar sebagian besar ditentukan oleh peran guru di sekolah.
Tugas seorang guru memang tidak hanya menyampaikan materi pelajaran. Tugas guru juga untuk membangkitkan motivasi para siswa agar mereka dapat belajar dengan lebih tekun untuk mencapai cita-cita yang mereka inginkan.  Dibanding dengan menjadi  guru yang positif, menjadi sosok guru yang penuh motivasi dan bisa memotivasi siswa adalah hal yang lebih rumit untuk dilakukan. Karena seorang guru yang penuh motivasi harus mampu menumbuhkan dan merangsang semua potensi semua siswa-siswinya serta mengarahkan mereka agar dapat memanfaatkan potensi itu secara tepat.

1.2.  Tujuan
Tulisan bertujuan untuk memaparkan arti motivasi dan pentingnya peran guru sebagai motivator.

2.     PEMBAHASAN

2.1.  Motivasi dan Belajar
Motivasi yaitu keadaan internal yang menaikkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku dengan kata lain motivasi merupakan salah satu penyebab yang sangat penting akan munculnya perilaku seseorang (Woolfolk 1993). Menurut Gagne dalam buku The Condition of Learning (1977) “Belajar terjadi apabila sesuatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. Sedangkan Morgan memberikan definisi belajar adalah “Setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”. Motivasi dan belajar apabila menjadi satu kesatuan maka akan bermanfaat bagi orang yang menggunakannya. Belajar merupakan suatu proses perbaikan kualitas diri sedangkan motivasi merupakan faktor pendorong untuk perbaikan kualitas diri. Tidak semua tugas  memberikan motivasi belajar dapat dilaksanakan oleh orangtua dalam keluarga terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ketrampilan. Oleh karena itu di sekolah, guru akan memberikan pengajaran dan pendidikan kepada anak serta motivasi-motivasi agar anak atau siswa semangat dalam belajar. Guru dapat memberikannya dengan cara yang berbeda-beda.

2.2.  Fungsi Penting Motivasi
Motivasi belajar penting baik untuk siswa maupun untuk guru.
2.2.1.      Motivasi untuk siswa
Motivasi bagi siswa yaitu berguna untuk menyadarkan kedudukannya pada awal, proses dan hasil belajar; menginformasikan kekuatan usaha belajar; mengarahkan kegiatan belajar; membesarkan semangat belajar; dan menyadarkan proses belajar kemudian bekerja.
2.2.2.      Motivasi untuk guru
Motivasi bagi guru yaitu membangkitkan, meningkatkan, memelihara semangat belajar siswa sampai berhasil; mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam-macam yaitu ada yang acuh, tak memusatkan perhatian, dan ada yang bersemangat belajar; meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara beberapa peran yaitu sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah atau pendidik; “unjuk kerja” rekayasa pedagogis maksudnya adalah semua siswa berhasil, “mengubah” siswa tak minat menjadi bersemangat belajar, siswa cerdas tak berminat menjadi semangat belajar.

2.3.  Peranan Guru sebagai Motivator
Adapun peranan guru sebagai motivator adalah:
1.        Bersikap terbuka, dalam arti guru harus melakukan tindakan yang mampu mendorong kemauan siswa untuk mengungkapkan pendapatnya, menerima siswa dengan segala kekurangan dan kelebihannya, mau menanggapi pendapat siswa secara positif, dalam batas tertentu berusaha memahami kemungkinan terdapatnya masalah pribadi dari siswa, menunjukkan perhatian terhadap permasalahan yang dihadapi siswa, dan menunjukkan sikap ramah serta penuh pengertian terhadap siswa.
2.        Membantu siswa agar mampu memahami dan memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya secara optimal, dalam arti guru harus mampu memberikan gambaran tentang kemampuan dan kelemahan para siswanya, mendorong siswa untuk sekali waktu mengungkapkan perasaannya, membantu siswa agar memiliki rasa percaya diri dan memiliki keberanian dalam membuat keputusan.
3.        Menciptakan hubungan yang serasi dan penuh kegairahan dalam interaksi belajar mengajar di kelas, dalam menunjukkan kegiatan antara lain, menangani perilaku siswa yang tidak diinginkan secar positif, menunjukkan kegairahan dalam mengajar, murah senyum, mampu mengendalikan emosi, dan mampu bersifat proporsional sehingga berbagai masalah pribadi dari guru itu sendiri dapat didudukan pada tempatnya.

2.4.  Fungsi dan Bentuk Motivasi dalam Kegiatan Pembelajaran
Penggerak motivasi belajar untuk siswa dapat dilakukan melalui berbagai cara, diantaranya sebagai berikut:
1.      Metode Penemuan (Bruner)
Metode ini dimaksudkan agar siswa memberri stimulus terhadap dirinya sendiri, sehingga siswa itu sendiri yang melakukan fungsi penggerak motivasinya.
2.      Motivasi Kompetensi (Robert White)
Motivasi kompetensi menggerakkan tindakan-tindakan seperti: menyelidiki, memperhatikan ,berbicara, penalaran,dan manipulasi.
3.      Belajar Terprogam (Bert Kersh)
Kelompok belajar secara terbimbing berisikan serangkaian pertanyaan dan jawaban, yang disusun secara terhadap sampai pada penyelesaian masalah. Cara belajar seperti ini menurut siswa untuk membuat inferensi dan mengingat aturan-aturan tanpa bantuan atau penjelasan dari guru.
4.      Prosedur Brainstorming (Torrance)
Prosedur ini dimaksudkan agar siswa mampu memproduksi ide-ide yang berbobot tinggi, melalui diskusi dan kritik. Istilah lain dari prosedur ini adalah prosedur urun pendapat. Beberapa keuntungan dari prosedur urun pendapat ini adalah bisa menghasilkan ide-ide lebih banyak dibandingkan dengan cara lain, seperti pengarahan janji, atau pun hadiah.
Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan pencapaian prestasi belajarnya.

2.5.  Strategi Menumbuhkan Motivasi
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa yaitu sebagai berikut:
1.      Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2.      Hadiah. Guru memberikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3.      Saingan/kompetisi. Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya dan berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4.      Pujian. Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian.  Pujian itu bersifat membangun.
5.      Hukuman. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6.      Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7.      Membentuk kebiasaan belajar yang baik dan membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
8.      Ego-involvement. Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting.
9.      Mengetahui hasil. Siswa diberitahuakan hasil pekerjaan, terutama jika terjadi kemajuan. Hal ini akan mendorong siswa untuk belajar lebih giat. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.
10.  Minat. Motivasi sangat erat hubungannya dengan unsure minat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat. Mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut:
a.       Membangkitkan adanya suatu kebutuhan
b.      Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau
c.       Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik
d.      Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar


2.6.  Menjadi Guru yang Penuh Makna
2.6.1.      Memahami kepribadian dan karakter anak
Fase 0 sampai 3 tahun. Pada fase ini moralitas anak mulai dibentuk. Anak sudah dapat diperkenalkan pada sopan santun serta perbuatan baik-buruk. Pada fase ini, anak mencoba-coba melanggar aturan, sulit diatur, nakal, dan lain-lain. Jadi, sikap seorang guru dalam fase ini adalah kesabaran
Fase usia 4 tahun. Indikasi perilaku pada fase ini adalah senang melanggar aturan, memamerkan diri, dan memaksakan kinginannya. Fase ini disebu sebagai fase egosentris. Pada fase ini, sebetulnya anak sangat mudah di dorong untuk berbuat baik dan sudah memiliki kemampuan berempati.
Fase 4,5 sampai 6 tahun. Pada fase ini, anak mulai menunjukkan sifat penurutnya dan mulai bisa diajak kerjasama. Dalam bersosialisasi dengan teman-temannya, ia juga bisa menerima pendapat atau pandangan teman-temannya. Jadi, pada usia ini, anak terlihat lebih matang. Pada fase usia ini, seorang guru mulai memotivasi anak untuk bersikap baik dan melakukan hal-hal yang positif pula.
2.6.2.      Belajar dari anak usia dini
Anak kecil selalu menarik perhatian orang dewasa melalui elucuan, keriangan, keluguan, bahkan kenakalan sekalipun mereka bukan keluarga kita tetap peduli. Orang dewasa yang normal pasti peduli, suka, dan sayang pada anak kecil meskipun mereka kerap menjengkelkan. Salah satu contohnya ketika merengek minta sesuatu hingga menangis bahkan mengamuk. Lupa waktu dan selalu ingin bermain. Meski demikian, sebagai guru harus mampu melihat perilaku anak kecil dengan pikiran positif, sabar, dan mengambil makna dari perilaku anak kecil tersebut. Anak kecil memiliki kepolosan, kesucian, dan kejujuran sehingga jika kita ingin disukai dan menarik perhatian serta kepedulian hendaklah kita polos, bersih, dan jujur terutama menghadapi anak usia dini
2.6.3.      Harapan dan motivasi
Harapan lahir dari kepekaan seseorang akan kemungkinan-kemungkinan bahwa perubahan ke arah lebih baik pasti akan terjadi. Guru tidak sekedar menunggu namun turut serta dalam mempercepat harapan diiringi dengan motivasi untuk selalu berbuat lebih baik sebagai manifestasi kebaikan melalui perencanaan yang baik.
3.     KESIMPULAN

3.1.  Kesimpulan
Guru memiliki peran untuk memberikan pengajaran dan pendidikan kepada anak serta motivasi-motivasi agar anak atau siswa semangat dalam belajar. Guru dapat memberikannya dengan cara yang berbeda-beda. Fungsi motivasi tidak hanya untuk siswa tetapi juga untuk guru. Sehingga motivasi ini membentuk siswa yang tidak bisa menjadi bisa dengan motivasi dari guru sendiri sebagai tantangan.
Inti peranan guru sebagai motivator yaitu bersikap terbuka, membantu siswa agar mampu memahami dan memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya secara optimal, dan menciptakan hubungan yang serasi dan penuh kegairahan dalam interaksi belajar mengajar di kelas. Sehingga selain mengetahui fungsi dan bentuk motivasi, guru juga dapat menyusun strategi menumbuhkan motivasi siswa.
Harapan lahir dari kepekaan seseorang akan kemungkinan-kemungkinan bahwa perubahan ke arah lebih baik pasti akan terjadi. Guru tidak sekedar menunggu namun turut serta dalam mempercepat harapan diiringi dengan motivasi untuk selalu berbuat lebih baik sebagai manifestasi kebaikan melalui perencanaan yang baik.
 

DAFTAR PUSTAKA

Romadona, N. 2003. Peran Guru sebagai Motivator. FKIP UNISMA. Malang.
Senjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sudrajat, A. 2008. Peran Guru sebagai motivator. Diunduh tanggal 9 Mei 2012 pada http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/08/22/peran-guru-sebagai-motivator-dalam-ktsp/.
Trinoviana, U. 2010. Guru sebagai Motivator. Diunduh tanggal 9 Mei 2012 pada http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/19/guru-sebagai-motivator/.
Tuanguru. 2011. Multiperan Guru sebagai Pendidik. Diunduh tanggal 9 Mei 2012 http://www.tuanguru.net/2011/11/multiperan-guru-sebagai-pendidik.html/.

thanks to:

1.  Ludvi Kamalikasari
2.  Fitri Auliah S
3.  Putri Karunia K
4.  Uswathun Hasanah

2 komentar: