Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam
secara berlimpah-limpah. Namun, ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi
keperluan manusia relatif sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor. Lebih
dari 97% air di muka bumi ini merupakan air laut yang tidak dapat digunakan
oleh manusia secara langsung. Dari 3% air yang tersisa, 2% diantaranya
tersimpan sebagai gunung es (glacier)
di kutub dan uap air, yang juga tidak dapat dimanfaatkan secara langsung. Air
yang benar-benar tersedia bagi keperluan manusia hanya 0,62%, meliputi air yang
terdapat di danau, sungai, dan air tanah. Jika ditinjau dari segi kualitas, air
yang memadai bagi konsumsi manusia hanya 0,003% dari seluruh air yang ada.
Distribusi
Air di Bumi
Lokasi
|
Volume (x 103 km3)
|
Persentase (%)
|
1. Laut
|
1.320.000 – 1.370.000
|
97,3
|
2. Air
Tawar:
|
||
a. Gunung
es (glacier)
|
24.000 – 29.000
|
2,1
|
b. Uap
air di atmosfer
|
13 – 14
|
0,001
|
c. Air
tanah hingga kedalaman 4.000 m
|
4.000 – 8.000
|
0,6
|
d. Uap
air di tanah
|
60 – 80
|
0,006
|
e. Sungai
|
1,2
|
0,00009
|
f.
Danau asin
|
104
|
0,007
|
g. Danau
air tawar
|
125
|
0,009
|
Sumber: Jeffries and Mills, 1996
Total air di bumi (100%)
!
Total air tawar (3%)
!
Air tawar yang tersedia (0,5%)
!
Air tawar dengan
kualitas yang memadai bagi konsumsi manusia (0,003%)
(modifikasi Miller, 1992)
Air tawar yang tersedia selalu mengalami siklus hidrologi.
Pergantian total (replacement) air
sungai berlangsung sekitar 18 – 20 tahun; sedangkan pergantian uap air yang
terdapat di atmosfer berlangsung sekitar dua belas hari dan pergantian air
tanah dalam (deep groundwater)
membutuhkan waktu ratusan tahun (Miller, 1992).
Air tawar yang dapat dikonsumsi tersebar secara tidak merata
karena adanya perbedaan curah hujan (presipitasi) tahunan. Wilayah yang kaya
akan air terdapat di daerah tropis dan daerah yang memiliki empat musim atau
ugahari (temperate), sedangkan
wilayah yang miskin air terdapat di daerah kering (arid dan semi-arid).
Siklus hidrologi air tergantung pada proses evaporasi dan
presipitasi. Air yang terdapat di permukaan bumi berubah menjadi uap di lapisan
atmosfer melalui proses evaporasi (penguapan) air sungai, danau, dan laut;
serta proses evapotranspirasi atau penguapan air oleh tanaman. Uap air bergerak
ke atas hingga membentuk awan yang dapat berpindah karena tiupan angin. Ruang
udara yang mendapat akumulasi uap air secara kontinu akan menjadi jenuh. Oleh
pengaruh udara dingin pada lapisan atmosfer, uap air tersebut mengalami
sublimasi sehingga butiran-butiran uap air membesar dan akhirnya jatuh sebagai
hujan. Zat yang bersifat higroskopis (menyerap air) dapat mempercepat integrasi
pengikatan molekul uap air menjadi air. Pada pembuatan hujan buatan dilakukan
penambahan zat yang bersifat higroskopis terhadap awan (NaCl atau urea).
Keterangan: Evaporasi air tawar dan air laut sekitar 30%
Siklus hidrologi yang melibatkan evaporasi,
evapotranspirasi, kondensasi, dan presipitasi (Peavy et al., 1985)
Proses evaporasi yang berlangsung di laut lebih banyak
daripada proses evaporasi di perairan daratan. Di laut, proses evaporasi juga
melebihi proses presipitasi sehingga lautan merupakan sumber utama bagi proses
presipitasi. Sebaliknya, di daratan proses presipitasi lebih banyak daripada
evaporasi. Di daratan sekitar 50% air yang diperoleh melalui presipitasi akan
mengalami evaporasi; dan sisanya tersimpan di danau, sungai, maupun sebagai air
tanah. Air yang melalui proses evaporasi dan presipitasi air di bumi memiliki
keadaan setimbang.
Air yang jatuh sebagai hujan tidak semuanya dapat mencapai
permukaan tanah; sebagian tertahan oleh vegetasi dan bangunan. Sebagian air
yang mecapai permukaan tanah akan masuk ke dalam tanah dan menjadi air tanah
melalui proses infiltrasi; sebagian lagi mengalir ke badan air sebagai air
permukaan.
Proses Evaporasi dan Presipitasi di Darat dan Laut
Keberadaan Air
|
Laut (km3/tahun)
|
Darat (km3/tahun)
|
Laut dan Darat (km3/tahun)
|
Presipitasi (hujan)
|
324.000
|
99.000
|
423.000
|
Evaporasi (penguapan air)
|
361.000
|
62.000
|
423.000
|
Limpasan (run off)
|
37.000
|
-37.000
|
0
|
Sumber: Rao, 1991
Kuantitas air yang mampu diserap oleh tanah sangat
tergantung pada kondisi fisik tanah, misalnya bobot isi (bobot tanah tiap
satuan volume tanah), permeabilitas (daya tanah melalukan air), infiltrasi
(daya tanah meresapkan air), porositas (jumlah volume udara yang terkandung
dalam tanah), dan struktur tanah (bentukan hasil penyusunan butiran-butiran
tanah). Sebelum mencapai jenuh, air masih dapat diserap oleh tanah. Jika telah
melebihi kejenuhan, air hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan dialirkan
sebagai limpasan permukaan (surface run
off) ke badan air. Air yang masuk ke dalam tanah akan mengalami akifer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar